
Harga emas dunia kembali melesat, bertahan kokoh di atas level psikologis US$3.300 per troy ons, didorong meningkatnya spekulasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve AS (The Fed).
Pada perdagangan Senin (4/8/2025), harga emas spot naik 0,31% ke US$3.373,06, mencetak rekor penutupan tertinggi sejak 23 Juli 2025 dan memperpanjang reli tiga hari berturut-turut. Secara kumulatif, emas telah menguat sekitar 3% dalam periode tersebut.
Hingga pagi ini, Selasa (5/8/2025) pukul 06.23 WIB, harga emas terus naik tipis 0,1% ke US$3.376,91, menunjukkan tren bullish yang masih solid.
Pasar bereaksi positif terhadap data ekonomi AS yang dirilis pekan lalu, di mana data ketenagakerjaan menunjukkan pelambatan signifikan. Non-Farm Payrolls (NFP) untuk bulan Juli tercatat di bawah ekspektasi, dan dua bulan sebelumnya direvisi turun total 258.000 pekerjaan — sinyal jelas melemahnya pasar tenaga kerja.
Di sisi lain, data inflasi PCE, indikator favorit The Fed, naik menjadi 0,3% pada Juni, dari 0,2% sebelumnya. Tekanan harga ini, bersamaan dengan pelemahan tenaga kerja, mendorong keyakinan pasar bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga secepatnya September nanti.
Menurut alat CME FedWatch, peluang pemangkasan suku bunga pada pertemuan September naik ke 87,8%, jauh di atas estimasi seminggu lalu di angka 63%. Bahkan, probabilitas pemangkasan lanjutan di bulan Desember juga meningkat drastis.
"Ekspektasi penurunan suku bunga di bulan September semakin nyata. Jika ditambah tekanan inflasi, ini menjadi kabar bagus bagi emas," ujar Daniel Pavilonis, analis senior di RJO Futures.
Sementara itu, sentimen geopolitik juga ikut mendukung reli harga emas. Presiden AS Donald Trump kembali memicu kekhawatiran pasar setelah menerapkan tarif tinggi untuk berbagai negara:
Menurut komentar Perwakilan Dagang Jamieson Greer, tarif tersebut kemungkinan tidak akan dicabut dalam waktu dekat, seiring negosiasi perdagangan yang belum menunjukkan hasil konkret.
Emas sangat sensitif terhadap kebijakan suku bunga. Saat suku bunga turun, imbal hasil obligasi menurun, dan emas menjadi lebih menarik karena tidak memberikan bunga. Selain itu, emas juga dianggap sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian geopolitik.
Dengan pasar tenaga kerja yang melemah, inflasi yang mulai terasa lagi, dan tensi global meningkat akibat kebijakan proteksionis AS — emas kembali jadi primadona aset safe haven.
Neuro-symbolic Trading Systems...
Pahami Market Regime: Kenali M...
Kenapa Trader Harus Sadar Bahw...
EUR/USD (~1.1480)Pasangan ini turun ke ~...