
Harga emas global kembali mencatatkan rekor baru seiring meningkatnya spekulasi pemangkasan suku bunga Amerika Serikat (AS) dan keraguan terkait independensi The Federal Reserve (The Fed).
Pada Rabu (3/9), harga emas spot melesat menembus level tertinggi sepanjang masa di US$ 3.527,5 per troy ons. Sejumlah analis bahkan memperkirakan dalam jangka pendek logam mulia ini berpotensi bergerak dalam rentang US$ 3.600 – US$ 3.900.
Sentimen terbesar datang dari ekspektasi pemangkasan suku bunga. Data ketenagakerjaan yang terus melemah membuat pasar semakin yakin bahwa The Fed akan melakukan langkah pelonggaran moneter pada September mendatang.
Jika benar terwujud, emas dipandang berpeluang menguji level psikologis US$ 4.000 pada 2026.
Ricardo Evangelista, Analis Senior ActivTrades, menyebut outlook bearish dolar menjadi katalis utama reli emas. “Ekspektasi pemangkasan suku bunga, berkurangnya minat investor pada aset berisiko, serta ketidakpastian ekonomi akibat tarif perdagangan semakin memperkuat daya tarik emas,” ujarnya.
Turunnya indeks dolar AS membuat emas yang dihargakan dalam greenback relatif lebih terjangkau bagi investor dengan mata uang lain. Efek ini memperluas basis permintaan global, sehingga mendorong reli semakin tajam.
Dari sisi politik, tekanan Presiden AS Donald Trump terhadap The Fed menambah ketidakpastian. Upaya Trump untuk mencopot sejumlah pejabat bank sentral menimbulkan keraguan atas independensi lembaga tersebut. Hal ini justru semakin meningkatkan daya tarik emas sebagai aset lindung nilai.
Konflik yang masih berlangsung di Rusia–Ukraina serta ketegangan di Timur Tengah ikut memperkuat permintaan terhadap aset safe haven.
Selain itu, permintaan dari bank sentral dunia melonjak drastis, khususnya dari negara berkembang. Laporan World Gold Council (WGC) menunjukkan tren penambahan cadangan emas akan berlanjut, sementara eksposur terhadap dolar cenderung dikurangi dalam lima tahun mendatang.
Bank Sentral China menjadi contoh nyata. Negeri Tirai Bambu tersebut sudah menambah kepemilikan emas selama sembilan bulan berturut-turut hingga Juli 2025, menegaskan bahwa emas tetap menjadi instrumen utama dalam diversifikasi cadangan devisa.
👉 Dengan kombinasi ekspektasi pelonggaran moneter, ketidakpastian politik, serta lonjakan permintaan bank sentral, emas diproyeksikan akan tetap jadi pusat perhatian investor global. Untuk trader maupun investor, momentum ini membuka peluang besar memanfaatkan volatilitas harga emas di level historis.
Neuro-symbolic Trading Systems...
Pahami Market Regime: Kenali M...
Kenapa Trader Harus Sadar Bahw...
EUR/USD (~1.1480)Pasangan ini turun ke ~...