
Pasar kripto mencatat lonjakan signifikan dalam 24 jam terakhir. Harga Bitcoin (BTC) berhasil menembus US$112 ribu pada perdagangan Selasa (9/9/2025), didorong oleh data ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) yang lebih lemah dari perkiraan. Kondisi ini semakin memperkuat ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed).
Berdasarkan data Coinmarketcap, kapitalisasi pasar kripto global naik 1,06% menjadi US$3,88 triliun. Bitcoin sendiri menguat 0,68% dalam sehari, diperdagangkan di kisaran US$112.225 per koin atau setara Rp1,84 miliar (kurs Rp16.477).
Selain Bitcoin, sejumlah altcoin juga mencatat pergerakan positif:
Namun tidak semua kripto ikut reli. Ethereum (ETH) melemah 0,37% ke US$4.312, sementara Binance Coin (BNB) turun tipis 0,19% ke US$878.
Menurut laporan Cointelegraph, pasar semakin yakin pemangkasan suku bunga akan terjadi. Berdasarkan data CME FedWatch Tool, peluang suku bunga turun ke 3,50% atau lebih rendah pada Maret 2026 mencapai 73%, melonjak dari 41% sebulan sebelumnya.
Namun, meski ekspektasi dovish The Fed mendukung harga kripto, pasar derivatif menunjukkan tanda-tanda kehati-hatian. Data opsi Bitcoin mengindikasikan trader masih condong ke strategi netral hingga bearish.
Indikator options delta skew berada di level 9%, yang berarti kontrak opsi jual (put) lebih mahal dibandingkan opsi beli (call). Kondisi ini biasanya menandakan minat lindung nilai terhadap potensi penurunan harga.
Salah satu faktor yang menahan optimisme adalah arus keluar dari produk investasi kripto. ETF Bitcoin spot mencatat outflow US$383 juta pada Kamis dan Jumat pekan lalu. Hal ini menimbulkan keraguan, terutama ketika harga BTC gagal mengikuti reli yang terjadi pada indeks S&P 500 dan emas yang baru saja mencetak rekor tertinggi.
Persaingan juga semakin ketat dengan Ethereum, yang dalam sepekan terakhir mendapatkan tambahan alokasi sekitar US$200 juta dari perusahaan besar sebagai aset cadangan.
Pasar berjangka Bitcoin saat ini dalam kondisi relatif netral. Funding rate kontrak berjangka abadi tercatat di 11%, meningkat dari level bearish 4% di akhir pekan lalu. Namun, tren ini turut dipengaruhi oleh meningkatnya minat pada altcoin, terlebih setelah Nasdaq mengajukan izin kepada regulator AS (SEC) untuk melisting sekuritas tokenisasi dan ETF berbasis kripto.
Selain itu, kekecewaan muncul setelah saham MicroStrategy (MSTR) – perusahaan yang dikenal sebagai salah satu pemegang BTC terbesar – tidak dimasukkan dalam daftar rebalancing S&P 500.
Untuk saat ini, peluang Bitcoin menembus level psikologis US$120 ribu masih terbatas. Namun analis menilai, jika arus keluar dari ETF Bitcoin spot mulai mereda dan investor kembali masuk, sentimen pasar bisa cepat pulih dan membuka peluang reli baru.
Reli Bitcoin ke atas US$112 ribu menandai sentimen positif pasar kripto, namun investor masih diliputi kehati-hatian. Faktor eksternal seperti kebijakan The Fed, kondisi pasar derivatif, arus dana ETF, serta persaingan dengan altcoin akan sangat menentukan apakah BTC mampu melanjutkan momentum menuju US$120 ribu atau justru kembali terkoreksi.
Neuro-symbolic Trading Systems...
Pahami Market Regime: Kenali M...
Kenapa Trader Harus Sadar Bahw...
EUR/USD (~1.1480)Pasangan ini turun ke ~...