
Kalau kamu mikir bisa jadi trader sukses cukup dengan asal beli, tahan napas, dan berdoa semoga harga naik... yah, selamat datang di dunia nyata! Di sinilah kamu harus kenalan dengan konsep yang (harusnya) jadi sahabat karib para trader cerdas: reward-to-risk ratio.
Reward-to-risk ratio, atau RRR (bukan singkatan dari Rebutan Roti Rame-rame), adalah perbandingan antara potensi keuntungan dan potensi kerugian dalam sebuah trade. Contohnya, kalau kamu berani kehilangan 100 ribu rupiah demi peluang dapat 300 ribu, berarti reward-to-risk ratio-nya 3:1.
Kalau masih bingung, bayangin gini: kamu taruhan martabak telor lawan martabak manis. Kalau kamu kalah, kehilangan satu. Tapi kalau menang, dapet tiga. Siapa yang gak mau coba?
Simpel. Karena kita gak hidup di dunia mimpi di mana semua trade pasti profit. Trading itu penuh drama: kadang harga loncat kayak ninja, kadang nyungsep kayak sandal jepit putus. Nah, di tengah drama itu, RRR adalah pengaman mental dan finansial kamu.
Anggap aja ada dua trader: Budi dan Joni. Budi adalah trader dengan gaya "asal-asalan tapi hoki", Joni adalah "rajin mencatat dan pakai RRR yang disiplin".
Dia menang 7 kali, kalah 3 kali. Total profit: (7 x 100rb) - (3 x 100rb) = 400rb.
Menang 4 kali, kalah 6 kali. Total profit: (4 x 300rb) - (6 x 100rb) = 600rb.
Loh, kok si Joni yang banyak kalah malah lebih cuan? Nah, itulah kekuatan RRR yang direncanakan dengan cinta dan logika.
Gak ada angka sakti. Tapi biasanya trader pakai RRR minimal 2:1 atau 3:1. Artinya, potensi profit harus minimal dua atau tiga kali lipat dari potensi loss.
Tapi ini bukan ilmu pasti kayak rumus fisika. Semua tergantung gaya trading kamu:
Gaya tiap trader itu kayak gaya tidur: ada yang tengkurap, ada yang miring ke kiri, ada yang kayak zombie. Kamu harus tahu mana yang paling “nyaman” buat kamu.
Kalau jantung kamu deg-degan lihat minus 50 ribu, mungkin kamu bukan tipe yang cocok main RRR 5:1 dengan SL super jauh. Santai aja, mulai dari yang kecil-kecil tapi konsisten.
Kalau win rate kamu rendah (gak usah malu, banyak kok yang gitu), pastikan RRR kamu tinggi. Biar 1 menang bisa nutup 3-4 kekalahan.
Bukan sok idealis, tapi realistis. Jangan langsung main uang beneran. Uji dulu beberapa RRR: 1:1, 2:1, 3:1, bahkan 5:1. Rasakan mana yang paling cocok dengan mental dan strategi kamu.
Yap, masalah bukan di chart, tapi di kepala. Banyak trader gagal bukan karena sistemnya jelek, tapi karena gak sabaran, atau malah terlalu percaya diri. Emosi bikin kita geser SL seenaknya, atau ambil profit terlalu cepat. Akhirnya, RRR yang direncanakan rapi tinggal jadi pajangan di jurnal trading.
Kalau kamu masih trading tanpa tahu RRR, itu ibarat naik gunung tanpa peta, kompas, atau Google Maps. Mungkin seru, tapi ujung-ujungnya nyasar atau nyungsep.
Reward-to-risk ratio adalah alat bantu untuk bikin keputusan trading yang masuk akal. Bukan untuk bikin kamu kaya mendadak, tapi bikin kamu tetap hidup di pasar dalam jangka panjang.
Ingat, trading itu bukan soal menang terus, tapi soal kalah dengan elegan dan menang dengan maksimal. Dan RRR adalah cara untuk melakukan itu semua.
Cek kembali setiap entry kamu. Sudah punya RRR yang jelas? Atau masih andalkan feeling dan doa sapu jagat?
Kalau kamu merasa artikel ini nendang logika dan bikin melek realita, jangan lupa follow akun sosial media INVEZTO buat dapetin insight trading lain yang gak kalah pedas, tapi tetap mendidik!
Neuro-symbolic Trading Systems...
Pahami Market Regime: Kenali M...
Kenapa Trader Harus Sadar Bahw...
EUR/USD (~1.1480)Pasangan ini turun ke ~...