
Awal pekan ini, perdagangan emas (XAU/USD) dibuka dengan sentimen positif, di mana harganya naik moderat dan bertahan di kisaran US$3.685. Lonjakan ini tidak terjadi begitu saja, melainkan hasil kombinasi dari faktor kebijakan moneter Amerika Serikat dan eskalasi geopolitik global yang membuat emas tetap diminati sebagai aset safe haven.
Federal Reserve baru saja memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin. Ini menjadi langkah penting pertama di tahun 2025 setelah beberapa bulan pasar berspekulasi mengenai arah kebijakan moneter AS. Pemangkasan tersebut muncul di tengah tanda-tanda perlambatan pasar tenaga kerja, di mana data ketenagakerjaan mulai menunjukkan kelemahan, meskipun tekanan inflasi belum benar-benar mereda.
Menariknya, Ketua The Fed, Jerome Powell, menyebut langkah ini sebagai bentuk “manajemen risiko”. Dengan kata lain, pemangkasan suku bunga bukan sinyal dimulainya pelonggaran agresif, melainkan keputusan berhati-hati yang akan dievaluasi dari satu pertemuan ke pertemuan berikutnya. Hal ini menandakan bahwa arah kebijakan The Fed masih fleksibel, sangat bergantung pada data ekonomi dan perkembangan inflasi di periode mendatang.
Selain dari faktor moneter, harga emas juga ditopang oleh meningkatnya ketidakpastian global. Konflik berskala besar yang melibatkan Rusia dan Ukraina, termasuk laporan serangan rudal dan drone, kembali mempertebal kekhawatiran pasar. Di saat yang sama, ketegangan di Timur Tengah pun terus bereskalasi, menciptakan permintaan yang konsisten terhadap aset lindung nilai seperti emas.
Bagi investor, kondisi ini mempertegas fungsi emas sebagai tempat berlindung ketika risiko geopolitik dan ekonomi memanas. Ketika ketidakpastian meningkat, emas cenderung mendapatkan arus modal baru yang menjaga harga tetap stabil bahkan berpotensi melanjutkan tren kenaikan.
Secara teoritis, emas tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Namun, ketika suku bunga diturunkan, biaya peluang memegang emas menjadi lebih rendah. Artinya, investor lebih cenderung memarkir dana pada emas dibanding instrumen lain yang sebelumnya menawarkan bunga lebih tinggi.
Meski begitu, perlu dicatat bahwa pergerakan nilai dolar AS juga akan berpengaruh. Jika The Fed terlalu berhati-hati dan pasar menilai pemangkasan ini kurang agresif, dolar AS bisa menguat kembali, yang berpotensi menekan harga emas.
Secara keseluruhan, harga emas yang kini stabil di atas US$3.650 mencerminkan kombinasi antara ekspektasi pelonggaran moneter The Fed dan meningkatnya ketidakpastian global. Investor akan terus mencermati pernyataan The Fed pada pertemuan berikutnya, data tenaga kerja, serta laju inflasi untuk mencari petunjuk arah kebijakan lebih lanjut.
Dalam jangka pendek, risiko geopolitik masih akan menjadi bahan bakar utama bagi kenaikan harga emas. Namun, dalam jangka menengah, semua akan kembali pada bagaimana The Fed menyeimbangkan antara pengendalian inflasi dan menjaga momentum ekonomi.
EUR/USD (~1.1480)Pasangan ini turun ke ~...
Sistem Trading Berbasis Siklus...
Emas 1979 vs 2025: Saat Sejara...
Bisakah Anda Menghapus Emo...