
Harga emas dunia terus menunjukkan tren penguatan dan diperkirakan kembali menembus rekor tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH) pada perdagangan Senin (8/9/2025). Kenaikan ini ditopang oleh kombinasi faktor mulai dari memanasnya politik Amerika Serikat (AS), potensi pemangkasan suku bunga The Federal Reserve (The Fed), tensi geopolitik global, hingga eskalasi perang dagang.
Pada penutupan perdagangan terakhir, harga emas melonjak 1,15% ke posisi US$ 3.586,7 per ons, setelah sempat menyentuh rekor intraday di US$ 3.600,1 per ons.
Pengamat komoditas Ibrahim Assuaibi menilai emas masih berpotensi reli menuju US$ 3.613 dalam jangka pendek. Jika level tersebut berhasil ditembus, harga diperkirakan bisa melaju hingga US$ 3.670 pada Oktober, bahkan menyentuh US$ 3.700 di akhir 2025.
Namun, bila gagal menembus resistance US$ 3.613, emas berisiko terkoreksi ke kisaran US$ 3.570, dengan support terendah di US$ 3.550.
Menurut Ibrahim, penguatan emas kali ini ditopang derasnya aliran dana besar ke aset safe-haven, seiring meningkatnya keyakinan pasar bahwa The Fed akan memangkas suku bunga pada September. Data ekonomi AS yang lebih lemah dari perkiraan menjadi pemicu utama perubahan sentimen tersebut.
βFund besar sudah masuk ke emas, dorongan teknikal mengarah ke level US$ 3.613. Jika tertembus, peluang reli lebih panjang terbuka lebar,β jelas Ibrahim.
Data CME FedWatch Tool mencatat, peluang pemangkasan suku bunga The Fed kini sudah mencapai 92%.
Selain faktor moneter, dinamika politik AS juga menambah daya dorong harga emas. Perseteruan Presiden Donald Trump dengan The Fed semakin memanas, terutama terkait upaya pemecatan pejabat Fed, Lisa Cook. Kasus ini bahkan sudah masuk ke tahap pengadilan banding, sementara Trump juga tengah mengajukan banding atas putusan pengadilan federal yang menyatakan kebijakan tarifnya ilegal.
Ketegangan perdagangan AS juga meluas, terutama dengan India dan negara-negara anggota BRICS. India menegaskan akan memperluas penggunaan mata uang regional dalam perdagangan, memicu ancaman Trump untuk mengenakan tarif 100% terhadap negara-negara BRICS.
Di sisi geopolitik global, situasi juga semakin rumit:
Faktor lain yang memperkuat harga emas adalah aksi akumulasi oleh bank sentral China. Negeri Tirai Bambu tercatat membeli emas batangan selama sembilan bulan berturut-turut sebagai langkah antisipasi menghadapi potensi konfrontasi dengan AS terkait isu Taiwan.
Menurut Ibrahim, pembelian agresif oleh China ini memperkuat ekspektasi bahwa konflik di Laut China Selatan bisa bereskalasi menjadi perang terbuka, sehingga emas semakin dipandang sebagai aset lindung nilai utama.
Harga emas dunia tengah berada di jalur reli berkelanjutan dengan dukungan faktor fundamental, teknikal, dan geopolitik. Level US$ 3.613 akan menjadi titik krusial dalam menentukan arah pergerakan emas jangka pendek. Jika tertembus, target jangka menengah menuju US$ 3.670β3.700 semakin terbuka lebar.
Di tengah ketidakpastian global yang terus meningkat, emas sekali lagi membuktikan posisinya sebagai aset pelindung nilai utama bagi investor.
Neuro-symbolic Trading Systems...
Pahami Market Regime: Kenali M...
Kenapa Trader Harus Sadar Bahw...
EUR/USD (~1.1480)Pasangan ini turun ke ~...