Our professional Customer Supports waiting for you! Contact now
Everyday: 09:00am - 10:00pm
By Invezto in Trading Insight on 18 Sep, 2025

Deep Dive Into Relative Strength Index (RSI): Panduan Sarkastik untuk Trader

Deep Dive Into Relative Strength Index (RSI): Panduan Sarkastik untuk Trader

Deep Dive Into Relative Strength Index (RSI): Panduan Sarkastik untuk Trader

Ah, RSI. Indikator yang katanya bisa mengubah hidup trader dalam sekejap. Tapi, apakah benar demikian? Mari kita telusuri bersama dengan sedikit sindiran dan banyak edukasi.

Apa Itu RSI?

RSI, atau Relative Strength Index, adalah osilator momentum yang dikembangkan oleh J. Welles Wilder pada tahun 1978. Indikator ini mengukur kecepatan dan perubahan pergerakan harga dalam periode tertentu. Hasilnya? Angka antara 0 hingga 100 yang memberi tahu kita apakah aset sedang overbought (jenuh beli) atau oversold (jenuh jual). Tapi ingat, jangan terlalu bergantung padanya tanpa konfirmasi lain.

Bagaimana Cara Menghitung RSI?

Untuk menghitung RSI, kita perlu:

  1. Menentukan periode waktu (biasanya 14 hari).
  2. Menghitung rata-rata kenaikan dan penurunan harga selama periode tersebut.
  3. Menentukan Relative Strength (RS) dengan membagi rata-rata kenaikan dengan rata-rata penurunan.
  4. Menghitung RSI dengan rumus: RSI = 100 - (100 / (1 + RS)).

Hasilnya? Sebuah angka yang memberi tahu kita apakah pasar sedang overbought atau oversold. Tapi ingat, angka ini hanya indikator, bukan keputusan akhir.

Strategi Menggunakan RSI dalam Trading

Berikut beberapa strategi yang bisa Anda coba (atau hindari, tergantung hasilnya):

1. Kondisi Overbought dan Oversold

Jika RSI di atas 70, pasar dianggap overbought. Jika di bawah 30, dianggap oversold. Namun, ingatlah bahwa dalam tren kuat, RSI bisa tetap di area ini untuk waktu yang lama. Jadi, jangan terburu-buru mengambil keputusan hanya berdasarkan angka ini.

2. Strategi Breakout RSI

Jika RSI menembus level 60, itu bisa menjadi sinyal bullish. Sebaliknya, jika menembus level 40, bisa menjadi sinyal bearish. Namun, strategi ini hanya efektif dalam pasar yang trending. Dalam pasar sideways, bisa jadi jebakan.

3. Divergence RSI

Jika harga membuat higher high tetapi RSI membuat lower high, itu bisa menjadi sinyal bearish divergence. Sebaliknya, jika harga membuat lower low tetapi RSI membuat higher low, itu bisa menjadi sinyal bullish divergence. Namun, divergence tidak selalu akurat, jadi gunakan dengan hati-hati.

Kesimpulan

RSI adalah alat yang berguna dalam trading, tetapi jangan terlalu bergantung padanya. Gunakan bersama indikator lain dan selalu konfirmasi dengan analisis harga. Ingat, tidak ada indikator yang sempurna. Yang penting adalah bagaimana Anda menggunakannya.

Untuk informasi lebih lanjut dan tips trading lainnya, ikuti akun media sosial INVEZTO dan dapatkan info menarik lainnya seputar trading, strategi, dan psikologi pasar.

You may also like

Related posts