
Pasar aset digital kembali berada di bawah tekanan dalam 24 jam terakhir. Harga Bitcoin (BTC) turun lebih dari 2%, meski sempat bangkit setelah muncul sinyal positif dari Ketua The Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell, mengenai kemungkinan pemangkasan suku bunga.
Analis dari K33 Research menilai situasi saat ini justru menjadi peluang akumulasi strategis bagi investor jangka menengah.
Berdasarkan data CoinMarketCap, Rabu (15/10/2025) pukul 06.15 WIB, kapitalisasi pasar kripto global turun 2,71% menjadi US$ 3,84 triliun.
Harga Bitcoin kini terkoreksi jauh dari rekor tertinggi sepanjang masa (ATH) di US$ 126.223, yang tercatat pada 7 Oktober 2025.
Dikutip dari CoinDesk, harga kripto sempat merosot tajam pada Selasa (14/10), dengan Bitcoin anjlok ke US$ 109.800, sebelum akhirnya pulih ke kisaran US$ 113 ribu.
Pemulihan terjadi setelah Ketua The Fed Jerome Powell memberi sinyal bahwa kebijakan pengetatan likuiditas (quantitative tightening / QT) kemungkinan akan segera berakhir.
Powell menyoroti tanda-tanda pelemahan pasar tenaga kerja AS dan meningkatnya risiko terhadap lapangan kerja, yang menurutnya dapat membuka peluang bagi penurunan suku bunga pada akhir bulan ini.
Pernyataan tersebut memicu reaksi campuran di pasar keuangan AS:
Namun, sebagian optimisme pasar terhapus menjelang penutupan perdagangan setelah Presiden AS Donald Trump melalui platform Truth Social menyebut kemungkinan melarang impor minyak goreng dari China jika Beijing tidak meningkatkan pembelian kedelai dari AS.
Pernyataan tersebut kembali meningkatkan ketidakpastian perdagangan global.
Menariknya, di tengah koreksi pasar kripto, saham perusahaan penambangan Bitcoin justru mencatat lonjakan tajam.
Menurut data bursa AS, saham:
Investor menilai peningkatan permintaan daya komputasi akibat adopsi kecerdasan buatan (AI) akan mendukung kinerja perusahaan tambang kripto, terutama yang memiliki kapasitas infrastruktur tinggi.
Menurut Vetle Lunde, Head of Research di K33 Research, kondisi pasar saat ini merupakan kesempatan langka untuk akumulasi Bitcoin, terutama setelah terjadinya “leverage flush” besar-besaran pada pekan lalu.
“Setelah pembersihan leverage yang cukup dalam, kami mulai bersikap positif terhadap Bitcoin, meski kesabaran tetap diperlukan,” ujar Lunde dalam laporan risetnya, Selasa (14/10/2025).
Lunde menjelaskan bahwa likuiditas pasar kemungkinan tetap tipis dalam jangka pendek, karena pelaku pasar masih memulihkan diri dari aksi jual paksa (forced selling).
Namun, ia menekankan bahwa kondisi serupa di masa lalu sering kali menandai titik dasar pasar (market bottom) sebelum tren naik berikutnya dimulai.
“Kami melihat level harga saat ini menarik untuk menambah eksposur terhadap Bitcoin di pasar spot,” lanjutnya.
“Kombinasi dari ekspektasi kebijakan moneter longgar, permintaan institusional yang tinggi, dan potensi katalis dari ETF baru mendukung strategi akumulasi bertahap.”
Koreksi Bitcoin ke sekitar US$ 113 ribu mencerminkan fase pendinginan alami setelah reli besar pada awal Oktober.
Pernyataan Jerome Powell memberi sinyal bahwa The Fed semakin dekat pada akhir siklus pengetatan, yang berpotensi menjadi katalis positif bagi pasar aset digital.
Analis menilai, dengan fundamental on-chain yang kuat, arus masuk institusional yang terus tumbuh, serta potensi ETF Bitcoin baru, kondisi saat ini bisa menjadi kesempatan emas untuk akumulasi jangka panjang.
Jika pola historis kembali berulang, fase konsolidasi saat ini dapat menjadi awal dari reli lanjutan di kuartal IV-2025, dengan potensi target kembali ke atas US$ 120 ribu.
EUR/USD (~1.1480)Pasangan ini turun ke ~...
Sistem Trading Berbasis Siklus...
Emas 1979 vs 2025: Saat Sejara...
Bisakah Anda Menghapus Emo...