
Pasar kripto kembali menggebrak dalam 24 jam terakhir. Harga Bitcoin (BTC) akhirnya berhasil melesat menembus level psikologis US$ 120 ribu, dipicu oleh rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) yang stabil. Kabar ini memicu optimisme bahwa Federal Reserve (The Fed) semakin dekat dengan keputusan untuk memangkas suku bunga.
Berdasarkan data CoinMarketCap per Rabu (13/8/2025) pukul 06.10 WIB, kapitalisasi pasar kripto global melonjak 2,7% menjadi US$ 4,05 triliun.
Bitcoin sendiri menguat 1,05% ke US$ 120.034 per koin (setara Rp 1,95 miliar dengan kurs Rp 16.256).
Kenaikan harga tidak hanya terjadi pada BTC, tetapi juga merata di altcoin utama:
Berdasarkan data Consumer Price Index (CPI) AS bulan Juli:
Data ini dianggap bullish bagi Bitcoin karena inflasi yang terkendali meningkatkan peluang pelonggaran kebijakan moneter. Suku bunga yang lebih rendah biasanya:
Bahkan, menurut CME FedWatch Tool, ekspektasi pemangkasan suku bunga pada September melonjak menjadi 93,9% setelah rilis CPI ini.
Sebelum rilis CPI, BTC sempat terkoreksi dari US$ 122.190 ke US$ 118.500. Namun, data inflasi yang stabil membuat BTC kembali naik ke kisaran US$ 119.500.
Secara teknikal:
Namun, jika BTC gagal mempertahankan level US$ 120 ribu, tekanan jual bisa meningkat, dengan support di US$ 117.650 – US$ 115.650 (CME gap akhir pekan).
Jika tekanan makin dalam, bukan tidak mungkin BTC kembali menguji US$ 100 ribu bahkan US$ 95 ribu.
💡 Kesimpulan:
Reli Bitcoin kali ini memiliki fondasi makro yang cukup kuat berkat data inflasi AS yang stabil. Namun, pasar masih sensitif terhadap data ekonomi lanjutan seperti Producer Price Index (PPI) pekan depan. Trader sebaiknya tetap waspada, karena level US$ 120 ribu adalah area psikologis penting yang bisa menjadi pemicu volatilitas.
Neuro-symbolic Trading Systems...
Pahami Market Regime: Kenali M...
Kenapa Trader Harus Sadar Bahw...
EUR/USD (~1.1480)Pasangan ini turun ke ~...