Our professional Customer Supports waiting for you! Contact now
Everyday: 09:00am - 10:00pm
By Invezto in Trading Insight on 01 Sep, 2025

Bitcoin Melemah di Awal September, Ethereum Justru Gemilang Didukung Arus Dana Masif

Pasar kripto global mencatat kenaikan tipis dalam 24 jam terakhir, meskipun Bitcoin (BTC) masih menunjukkan pelemahan di awal September 2025. Kondisi ini menambah catatan negatif BTC setelah sepanjang Agustus mencatat kinerja yang mengecewakan.

Berdasarkan data Coinmarketcap, Senin (1/9/2025) pukul 06.35 WIB, kapitalisasi pasar kripto global naik 0,22% menjadi US$ 3,78 triliun. Namun, Bitcoin justru turun 0,3% dalam sehari terakhir dan saat ini diperdagangkan di kisaran US$ 108.356 per koin atau sekitar Rp 1,78 miliar (kurs Rp 16.435).

Tekanan jual juga melanda sejumlah altcoin besar. XRP terkoreksi 1,13% ke US$ 2,78, Binance Coin (BNB) melemah 0,47% ke US$ 859, Solana susut 0,46% ke US$ 201, dan Dogecoin (DOGE) turun 0,75% ke US$ 0,21. Sebaliknya, Ethereum (ETH) justru menguat 0,36% ke level US$ 4.389.

Menurut laporan Coindesk, sepanjang Agustus Bitcoin terkoreksi sekitar 8%, meskipun sempat mencetak rekor tertinggi baru di atas US$ 124 ribu pada 13 Agustus 2025. Saat ini, BTC berada di kisaran US$ 108.500, turun sekitar 13% dari puncaknya dan bahkan lebih rendah dari posisi akhir Mei di US$ 109.500. Kondisi ini menghapus momentum reli musim panas Bitcoin, meski arus masuk dari ETF spot BTC dan sikap dovish Ketua The Fed Jerome Powell sempat memberi dukungan.

Berbanding terbalik, Ethereum tampil lebih cemerlang. Sepanjang Agustus, ETH melonjak 14% atau unggul sekitar 2.200 basis poin dibandingkan Bitcoin. Lonjakan ini didorong derasnya aliran dana ke ETF spot ETH serta minat perusahaan besar yang memasukkan ether ke dalam portofolio treasury mereka.

Data Bloomberg mencatat, hingga 28 Agustus, total arus masuk ke ETF Ethereum mencapai US$ 4 miliar, jauh melampaui ETF Bitcoin yang hanya mencatat US$ 629 juta. Padahal, kapitalisasi pasar ETH masih sekitar US$ 500 miliar, jauh lebih kecil dibandingkan BTC yang bernilai US$ 2,1 triliun.

Kondisi makroekonomi juga ikut berperan. Dengan kebijakan moneter AS yang masih ketat serta fiskal diperketat melalui tarif impor yang lebih tinggi, likuiditas pasar menjadi terbatas. Akibatnya, sebagian besar aliran modal besar pada Agustus lebih banyak mengalir ke ether dibandingkan Bitcoin.

Secara historis, September sering kali menjadi bulan yang sulit bagi BTC. Data Glassnode menunjukkan bahwa sejak 2013, Bitcoin delapan kali mencatat pelemahan pada bulan September dari total 12 kali pergerakan, dengan rata-rata penurunan 3,8%. Namun, catatan historis ini masih dianggap terbatas sebagai indikator karena sebagian besar data berasal dari periode awal ketika Bitcoin belum menjadi aset institusional utama.

Dengan latar belakang tersebut, para pelaku pasar akan menunggu arah berikutnya apakah Bitcoin mampu bertahan di atas US$ 108 ribu atau justru melemah lebih jauh. Sementara itu, Ethereum berpotensi tetap menjadi primadona investor dalam jangka pendek jika tren arus dana masuk terus berlanjut.

You may also like

Related posts