
Pasar kripto kembali bergerak positif dalam 24 jam terakhir. Harga Bitcoin (BTC) masih mampu bertahan di zona hijau, meski aksi jual besar-besaran oleh investor “whale” menimbulkan tekanan di pasar.
Berdasarkan data CoinMarketCap, Selasa (14/10/2025) pukul 06.30 WIB, kapitalisasi pasar kripto global naik 1,22% menjadi US$ 3,95 triliun dalam sehari terakhir.
Harga Bitcoin sebelumnya sempat menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa (ATH) di US$ 126.223 pada 7 Oktober 2025. Namun sejak itu, volatilitas meningkat seiring pergeseran sentimen investor dan aksi profit-taking besar di kalangan pelaku pasar besar.
Mengutip laporan CoinTelegraph, Bitcoin kembali berfluktuasi pada awal sesi perdagangan Wall Street, Senin (14/10).
Harga sempat naik mendekati US$ 116 ribu, tetapi gagal mempertahankan momentum akibat aksi jual besar dari whale anonim — investor dengan kepemilikan Bitcoin dalam jumlah sangat besar.
Data Cointelegraph Markets Pro dan TradingView menunjukkan, pasangan BTC/USD melemah setelah menutup gap kenaikan di pasar berjangka CME Group, kemudian turun di bawah harga pembukaan harian.
Menurut laporan pasar, tekanan jual ini berasal dari satu entitas besar yang meningkatkan posisi short terhadap Bitcoin. Setelah aksi jual senilai US$ 20 miliar pada Jumat lalu, whale tersebut kembali memperbesar posisinya sebesar 3.500 BTC pada Senin, dengan harga likuidasi sekitar US$ 120 ribu.
Analis kripto Ted Pillows menyebut aksi tersebut bisa jadi bukan semata strategi profit.
“Mungkin dia ingin terlihat rugi atau bahkan terkena likuidasi agar tidak dicurigai punya informasi orang dalam,” ujarnya melalui platform X (Twitter).
Sementara komentator kripto Max Keiser menuding adanya manipulasi oleh lembaga keuangan besar.
“Bank meminjamkan, bahkan mencetak, miliaran dolar untuk mendanai posisi short Bitcoin tanpa jaminan. Tapi itu tidak akan berhasil,” tegasnya.
Di sisi fundamental, pasar kripto tampaknya belum terlalu terpengaruh oleh perkembangan diplomatik antara AS dan China.
Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengatakan, pembicaraan tingkat teknis antara kedua negara akan digelar pada akhir pekan ini — langkah yang dianggap pasar sebagai upaya meredakan tensi tarif dagang.
Namun, analis Morgan Stanley menilai bahwa langkah ini lebih bersifat taktis daripada strategis.
“Kami melihat ini sebagai manuver Beijing untuk memperkuat posisi tawar menjelang pertemuan puncak, bukan upaya perubahan arah kebijakan secara fundamental,” tulis mereka dalam catatan riset.
Secara teknikal, harga Bitcoin kini berada di sekitar garis support penting, yaitu rata-rata harga beli investor jangka pendek (short-term holders / STH).
Menurut data Glassnode, rata-rata biaya kepemilikan STH berada di kisaran US$ 113.861 per 13 Oktober 2025.
Wallet STH — yang biasanya menyimpan BTC selama kurang dari enam bulan — kerap menjadi penopang utama harga saat terjadi koreksi di pasar bullish.
Platform analitik CryptoQuant juga menyoroti tiga garis tren penting yang tengah memengaruhi struktur harga Bitcoin saat ini:
Dalam laporan terbarunya, analis Arab Chain menulis:
“Struktur tren menunjukkan arah jangka panjang masih bullish karena harga tetap di atas SMA 200 hari. Namun, momentum jangka pendek dan menengah melemah karena harga kini berada di bawah SMA 30 dan 90 hari yang telah menyatu menjadi zona resistansi dinamis.”
Secara keseluruhan, Bitcoin masih mempertahankan tren naik jangka panjang, meskipun tekanan dari aksi jual whale dan melemahnya momentum jangka pendek membuat pergerakannya terbatas di kisaran US$ 113.000–116.000.
Selama harga tetap di atas support kunci US$ 113.000, prospek jangka menengah tetap positif, dengan potensi rebound menuju US$ 120.000 jika tekanan jual mereda.
Sementara investor ritel disarankan berhati-hati terhadap volatilitas jangka pendek, analis menilai fase ini masih termasuk konsolidasi sehat dalam tren bullish besar yang dimulai sejak pertengahan tahun.
EUR/USD (~1.1480)Pasangan ini turun ke ~...
Sistem Trading Berbasis Siklus...
Emas 1979 vs 2025: Saat Sejara...
Bisakah Anda Menghapus Emo...