
Pasar kripto kembali melemah dalam 24 jam terakhir. Harga Bitcoin (BTC) hari ini anjlok lebih dari 2%, tertahan di sekitar US$ 110 ribu per koin.
Meski begitu, sejumlah analis justru melihat stabilitas harga di level tersebut sebagai tanda kekuatan fundamental Bitcoin yang solid, bukan tanda pelemahan tren.
Berdasarkan data CoinMarketCap, Kamis (16/10/2025) pukul 06.50 WIB, kapitalisasi pasar kripto global turun 2,75% menjadi US$ 3,75 triliun.
Bitcoin kini masih jauh di bawah rekor tertingginya (all time high/ATH) di US$ 126.223, yang tercatat pada 7 Oktober 2025.
Mengutip laporan CoinDesk, pergerakan Bitcoin yang cenderung datar sepanjang Oktober 2025 tidak menandakan kehilangan momentum.
Sebaliknya, para analis melihat stabilitas harga di kisaran US$ 110–111 ribu sebagai bukti bahwa pasar sedang dalam fase konsolidasi sehat, dengan fundamental yang tetap kokoh.
Kondisi ini terjadi di tengah meningkatnya ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter oleh The Federal Reserve (The Fed) yang dipandang sebagai katalis positif untuk aset berisiko seperti kripto.
Dalam ajang Digital Asset Summit di London, Quinn Thompson, Chief Investment Officer Lekker Capital, menyatakan bahwa Bitcoin tengah bersiap untuk lonjakan besar berikutnya.
“Saya meyakini saatnya Bitcoin akan tiba. Pergerakan besar berikutnya di pasar kripto akan menyerupai reli pada November 2024 dan Oktober 2023,” ujar Thompson.
Ia menambahkan bahwa konsolidasi di sekitar US$ 110 ribu bukan tanda pelemahan, melainkan fase akumulasi menjelang pergerakan besar selanjutnya.
Nada optimistis juga disampaikan oleh Matt Mena, analis riset kripto di 21Shares.
Menurutnya, ketahanan harga Bitcoin di tengah gejolak global membuktikan adanya permintaan struktural yang kuat, terutama dari institusi dan produk investasi seperti ETF Bitcoin.
“Dengan leverage yang sudah keluar dari pasar dan pelonggaran moneter yang semakin dekat, Bitcoin berpotensi menembus US$ 150 ribu sebelum akhir tahun, ” kata Mena.
Mena menilai bahwa pasar saat ini berada dalam fase transisi, di mana likuiditas perlahan membaik sementara tekanan jual mulai berkurang, menciptakan dasar yang sehat bagi kenaikan berikutnya.
Arah pergerakan Bitcoin kini banyak ditentukan oleh kebijakan moneter AS.
Dalam laporan Beige Book yang dirilis Rabu (15/10/2025), The Fed mencatat tanda-tanda pelemahan pasar tenaga kerja di seluruh 12 distrik ekonomi AS.
Kondisi tersebut memperkuat pandangan bahwa The Fed akan memangkas suku bunga dalam dua pertemuan terakhir tahun ini, sebagai langkah mendukung stabilitas ekonomi.
Ketua The Fed Jerome Powell pun mengakui adanya “pelemahan” di pasar tenaga kerja, meskipun menghindari pernyataan spesifik mengenai waktu pemangkasan suku bunga.
Namun, pernyataannya dianggap dovish oleh pasar dan menegaskan bahwa fase pengetatan moneter sudah mendekati akhir.
Meski harga Bitcoin turun ke sekitar US$ 110 ribu, analis sepakat bahwa kondisi ini bukan sinyal bearish.
Sebaliknya, stabilitas harga di tengah tekanan makro justru memperkuat pandangan bahwa fundamental pasar kripto semakin matang.
“Bitcoin kini berada dalam fase transisi yang sama seperti sebelum reli besar di akhir 2024. Dengan dukungan dari kebijakan moneter longgar dan minat institusional yang kuat, pasar sedang bersiap untuk gelombang kenaikan berikutnya,” tulis laporan 21Shares.
Selama harga tetap bertahan di atas US$ 108.000, Bitcoin masih dianggap berada dalam zona aman konsolidasi bullish, dengan potensi rebound menuju US$ 120.000–130.000 menjelang akhir kuartal IV-2025.
EUR/USD (~1.1480)Pasangan ini turun ke ~...
Sistem Trading Berbasis Siklus...
Emas 1979 vs 2025: Saat Sejara...
Bisakah Anda Menghapus Emo...